BincangMuslimah.Com – Asiyah binti Muzahim adalah istri dari raja Fir’aun yang kafir dan dzalim. Asiyah lahir keluarga beriman yang taat kepada Allah, namun Fir’aun melakukan pemaksaan untuk menjadikannya sebagai istri. Hal tersebut terjadi ketika Fir’aun dalam kesendirian karena ditinggal mati istrinya. awalnya Asiyah menolak lamaran Fir’aun, namun penolakan tersebut berakhir pada penyeretan orang tua Asiyah ke dalam penjara dan menyiksanya. Fir’aun mengancam akan terus menyiksa orang tuanya jika tidak menerima lamarannya.
Namun jika Asiyah menerima dan mau menikah dengan Fir’an, maka orang tuanya akan segera dibebaskan. Dengan beberapa syarat yang diajukan Asiyah kepada Fir’aun, akhirnya Asiyah merelakan dirinya menikah dengan Fir’an demi kebebasan dan kebaikan orang tuanya. Kisah tragis tersebut tertulis rapi di Ensiklopedi Pengetahuan Al Qur’an dan Hadis yang disusun oleh Tim Baitul Kilmal.
Walaupun hidup dengan raja besar yang berkuasa angkuh dan sombong, Asiyah tetap patuh dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah. Bertahun-tanun Asiyah sekamar dan seranjang dengan Fir’aun, tapi tak pernah Fir’aun mengetahui bahwa Asiyah isteri kesayangannya beriman kepada Allah SWT. Iman Asiyah kepada Allah terbongkar lewat salah seorang pengawalnya, Masyitah.
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya menuturkan bahwa pada awalnya Masyitah (istri bendahara) sedang menyisiri rambut putri Fir’aun. Ketika sisir yang sedang digunakan tersebut jatuh, Masyita berkata “celakalah orang yang kafir kepada Allah”. Puteri Fir’aun yang bernama Ana mendengarnya lantas memberitahu Fir’aun bahwa Masyita tidak bertuhankan Fir’aun, tetapi ia bertuhankan Allah.
Seketika itu juga Fir’aun marah dan memerintahkan pengawal kerajaan yang bernama Haman supaya memasukkan Masyitah sekeluarga ke dalam kuwali besar. Begitupun ketika Fir’aun mengetahui bahwa isteri kesayangannya bertuhankan Allah, sangat murkalah raja yang dzalim itu.
Fir’aun memerintahkan agar Asiyah isteri kesayangannya itu dibenamkan kakinya ke dalam tanah dan di atasnya diletakkan pasak dari beton agar ia mengingkari Allah dan menjadikan Fir’aun sebagai tuhannya, tetapi Asiyah tetap dalam keyakinannya dan berdoa kepada Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur’an QS Al Tahrim ayat 11:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.
Doa Asiyah didengar oleh Allah SWT dan mengutus malaikat kepada Asiyah yang sedang tersiksa untuk memperlihatkan tempatnya kelak di dalam surga. Akhirnya Asiyah binti Muzahim gugur di tangan tentara Fir’aun sebagai syuhada yang mempertahankan iman.
Berdasarkan riwayat Qatadah dalam Tafsir Ibn Kasir bahwa Fir’aun memanglah orang yang paling melampaui batas dan paling kafir, namun kejelekan Fir’aun tersebut tidak membahayakan Asiyah. Sebab Asiyah tetap teguh dan selalu taat kepada Allah. Keteguhan dan ketaatan Asiyah itulah yang membuat dirinya istimewa di sisi Allah.