BincangMuslimah.Com – Jelang kemerdekaan, Dalam beberapa minggu terakhir, media sosial Indonesia dipenuhi gambar dan video bendera bajak laut Topi Jerami dari serial anime One Piece. Bendera yang berjuluk ‘Jolly Roger’ ini berkibar di pagar rumah warga, truk, pos ronda, hingga tiang-tiang bambu depan rumah warga.
Dengan kain berwarna hitam, dengan tengkorak dan dua tulang bersilang menggunakan topi jerami, ini kadang disandingkan dengan bendera Merah Putih. Tindakan ini tampak seperti sekadar fanatisme pop kultur. Namun, ternyata bisa lebih dari itu. Fenomena ini adalah suara yang selama ini tak terdengar. Sebuah kritik sosial terkait apa yang tengah terjadi di negara ini.
Bagi penikmat anime serial One Piece, bendera Topi Jerami identik dengan simbol petualangan. Tapi, ‘Jolly Roger’ punya makna lain yang lebih dalam. Ia adalah lambang perlawanan terhadap kekuasaan yang korup, hierarki yang menindas, dan hukum yang hanya tajam ke bawah.
Jika simbol fiksi karya Eiichiro Oda ini dirasa lebih mewakili keadilan dari pada simbol resmi negara, maka situasi saat ini mungkin sedang tidak baik-baik saja. .
Bukan Anti-Negara, Tapi Anti Ketidakadilan
Belakangan, dalam pemberitaan, orang-orang yang mengibarkan bendera One Piece mulai ditindak aparat’. Padahal pengibaran bendera One Piece tidak lahir dari kebencian terhadap Indonesia. Ia lahir dari rasa cinta yang tidak menemukan tempat pulang.
Rakyat kecewa karena:
- Harga kebutuhan pokok naik, tapi upah tetap stagnan.
- Koruptor terus tersenyum di layar TV, tapi demonstran cepat ditangkap.
- Slogan “merdeka” terus didengungkan, tapi akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan keadilan masih terasa mewah.
Mereka yang mengibarkan bendera ini bukan ingin menghina Merah Putih, atau anti negara. Rakyat hanya gundah gulana karena ditekan oleh ketidakadilan. Kenapa kritik kini harus berbentuk meme dan bendera bajak laut?
Kritik verbal baik melalui orasi, tulisan, maupun media sosial belakangan dianggap ancaman oleh sebagian penguasa. Kriminalisasi aktivis, pembungkaman mahasiswa, dan pembubaran diskusi adalah fenomena yang membuat ruang ekspresi menyempit. Maka rakyat pun mencari bahasa baru. Simbol visual, sindiran budaya populer, dan ekspresi diam yang mengganggu.
Bendera One Piece adalah cara baru rakyat bicara. Bukan karena mereka kekanak-kanakan. Tapi karena bahasa formal telah kehilangan makna, tidak didengar, atau bahkan membahayakan.
Pemerintah Harus Mendengar, Bukan Marah
Merespons fenomena ini dengan ancaman hukum atau pelarangan justru memperparah jarak antara negara dan rakyat. Pemerintah harus melihat apa yang coba disampaikan rakyat. Bukan sekadar melihat bentuknya.
Sebab di balik bendera tengkorak itu, terselip harapan, bahwa negara bisa berubah, jika mau mendengar. Jika rakyat mulai merasa lebih dekat dengan Luffy (tokoh utama One Piece) ketimbang dengan pejabat publiknya, maka persoalannya bukan pada rakyat tapi pada pejabat itu sendiri.
Pengibaran Jolly Roger tidak harus ditakuti. Tapi harus disikapi dengan tepat. Pemerintah jangan terus menutup telinga. Atau sibuk menegakkan aturan tanpa introspeksi sekaligus evaluasi. Simbol tak pernah berdiri sendiri. Ia lahir dari konteks.
2 Comments