BincangMuslimah.Com – Disebutkan sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far dan termaktub dalam Kitab at-Tawwabin karya Ibnu Qudamah. Sebuah kisah tentang taubatnya tiga orang pelacur dari perbuatannya yang keji dan kotor ini.
Tersebutlah seorang budak bernama Lukman al-Habsyi yang bertuankan seorang laki-laki dan membawanya ke pasar untuk menjualnya. Tiap kali seseorang yang datang hendak membeli Lukman, ia bertanya kepada calon pembeli tersebut. Suatu ketika terdapat seseorang yang hendak membelinya, lalu Lukman mempertanyakan tujuannya, “akan kau pergunakan aku sebagai apa?” calon pembeli itu menjawab, “aku akan mempergunakan engkau untuk ini…dan ini..” Lalu Luqman menjawab, “aku tidak butuh untuk kau beli.”
Setelah beberapa calon pembeli gagal mendapatkannya, datanglah seorang laki-laki yang hendak membelinya lalu ditanya oleh Lukman, “akan kau pergunakan aku untuk apa?” laki-laki tersebut menjawab, “akan kupergunakan engkau sebagai penjaga pintu rumahku.” Luqman pun menyetujuinya untuk dibeli oleh lelaki itu lalu membawanya pulang ke rumahnya, ke rumah tuan barunya.
Lalu didapati bahwa tuannya memiliki tiga putri yang berprofesi sebagai pelacur. Dan Luqman ingin keluar dari tempat itu. Kemudian ia bercerita, dengan mengatakan, “sungguh ketika aku mengantarkan makanan kepada ketiganya dan apa yang mereka butuhkan. Tiap kali aku keluar dari ruangannya, aku langsung menutup pintu dan duduk membelakangi mereka.
Lalu ketiga putrinya tersebut berseru, “bukalah pintu.” Luqman masih tak acuh, kemudian ketiganya memukulnya hingga berdarah dan tersungkur. Saat tuannya datang, Luqman tak menceritakannya. Lantas tuannya keluar dan Luqman bercerita lagi bahwa tiap kali Luqman mengantarkan makanan yang mereka butuhkan, ketiga putrinya tidak membuka pintu. Kejadian yang saat berulang, saat Luqman keluar ruangan ia diminta untuk membuka pintu akan tetapi ia tak acuh. Saat tuannya datang menghampirinya, Luqman diam saja.
Ternyata sikap yang dilakukan oleh Luqman membangkitkan kesadaran ketiga putrinya. Putri yang paling tua kemudian bertanya, “bukankah budak satu ini adalah budak yang paling taat kepada Allah daripada aku? Demi Allah, aku akan bertaubat.” Lantas lainnya menimpali, bukankah budak ini dan kakak perempuan lebih taat kepada Allah daripada aku? Demi Allah aku akan bertaubat.” Lalu adik lainnya juga menanggapi, bukankah kedua saudaraku dan hamba sahaya ini lebih taat kepada Allah daripada aku? Demi Allah! Aku akan bertaubat.”
Demikian kisah taubatnya tiga orang pelacur, bermula dari menjadi seorang pelacur lalu kagum akan ketaatan seseorang kepada Allah. Sehingga pada kemudian hari mereka menjadi ahli ibadah di desa itu. Hikmah yang bisa sama-sama kita petik adalah pentingnya untuk bertahan dalam ketaatan pada Allah, barang kali itu juga menjadi jalan bagi orang lain menemukan Allah.