Ikuti Kami

Kajian

Mengapa Masih Ada Maksiat di Bulan Ramadhan Padahal Setan Dibelenggu?

BincangMuslimah.Com – Hari ini kita telah menginjakkan kaki beberapa hari di bulan suci Ramadhan, kita mungkin akrab dengan hadis-hadis perihal keutamaan bulan Ramadhan yang disampaikan da’i, khatib, ataupun yang dimuat dalam media sosial. Salah satunya adalah hadis berikut yang mengatakan bahwa di bulan Ramadhan para setan dibelenggu,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Jika bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelanggu.

Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar. Mereka meriwayatkan dari Ismail bin Ja‘far, dari Abu Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw. mengenai kesahihannya tak perlu diragukan mengingat hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya (nomor 1079) yang termasuk salah satu dari dua kitab hadis paling otoritatif dikalangan kaum Muslimin.

Di dalam redaksi hadis yang lain disebutkan, “Jika masuk malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan iblis jahat dibelenggu,” dengan tambahan redaksi, “Sebuah suara menyeru, ‘Wahai para pencari kebaikan, menghadaplah! Wahai para pencari keburukan, batasilah! Sungguh Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka.’ Seruan itu terjadi setiap malam.”

Hadis kedua diriwayatkan oleh Imam At-Turmudzi dalam Sunan-nya (nomor 682) dari Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Ala bin Kuraib, dari Abu Bakar bin ‘Abbas, dari Al-A‘masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah. Masih banyak lagi perawi dan penulis kitab yang meriwayatkan hadis ini. Berangkat dari hadis ini pula muncul sebuah pertanyaan ringan, unik, namun penting kita temukan jawabannya.

Pertanyaannya adalah mengapa di bulan Ramadhan masih terdapat manusia yang maksiat dan mengumbar menuruti syahwatnya? Bukankah setan dan iblis yang jahat sudah dibelenggu? Seharusnya jika tidak ada yang menggoda, seluruh manusia tentunya pasti berbuat taat.

Baca Juga:  Kebolehan Menyikat Gigi Saat Puasa

Secara harfiah kata “Shaffada” mempunyai arti “mengikat”, “membelenggu”, termasuk membelenggu dengan belenggu besi, seperti yang disebutkan Ibnu Hajar. Kemudian, terkait makna hakikat dari hadis ini, para ulama hadis sendiri memiliki khilaf (berbeda pendapat).

Syaikh Al-Halimi yang dikutip oleh Badruddin Al-Aini dalam karyanya ‘Umdatul Qari berpendapat, mungkin saja hadis ini bermakna bahwa setan senantiasa mencuri-curi dengar informasi langit. Namun, pada bulan suci Ramadhan, mereka tidak dapat melakukan hal itu karena setan dibelenggu, termasuk menggoda manusia.

Sebagaimana diketahui, pada masa Al-Qur‘an diturunkan mereka senantiasa dihalang-halangi mencuri tahu wahyu yang turun. Itu terjadi antara lain demi menjaga keotentikan wayhu. Mungkin pula hadis ini bermakna, pada bulan Ramadhan setan tidak terlalu leluasa menggoda manusia layaknya pada bulan-bulan lain karena kesibukan manusia berpuasa, membaca Al-Qur‘an, berzikir, dan seterusnya.

Maka dari itu, istilah “dibelenggu” menjadi ungkapan atas kelemahan setan menyelewengkan, menggoda manusia, dan memperindah keinginan syahwat manusia. Walhasil, menurut Abu Muhammad penulis Kitab ‘Umdatul Qari, mengapa kemaksiatan masih merebak pada bulan Ramadhan walau setan dibelenggu? Jawabannya setan terbelenggu pada bulan itu bagi orang-orang berpuasa yang menjaga syarat, rukun, dan adabnya. (Syekh Badruddin Al-Aini, ‘Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, juz 10, hal. 270).

Ada lagi yang berpendapat bahwa setan yang dibelenggu hanya sebagian saja, tidak seluruhnya. Jadi, maksud hadits ini hanya membatasi ruang gerak setan dan jin-jin jahat saja. Itu pun dilakukan oleh orang-orang yang berpuasa. Kemudian, pembelengguan setan tidak berhubungan langsung dengan keburukan dan kemaksiatan manusia. Sebab, dalam diri manusia masih terdapat pemicu atau pendorong keburukan lain, yakni nafsu, kebiasaan buruk, dan setan manusia. Adakalanya, tanpa setan, kebiasaan buruk akan mendorong manusia untuk berbuat buruk. Saat tidak dibelenggu pun, setan hanya mendorong dan memperindah keburukan. (Jamaluddin Abul Farj, Kasyful Musykil min Hadis Shahihain, juz 3, hal. 409).

Baca Juga:  Tiga Macam Najis dan Cara Mensucikannya

Ada pula yang menafsirkan ungkapan hadits ini sebagai kiasan, seperti Syaikh Abu ‘Umar Yusuf Al-Qurthubi. Ia mengatakan, “Menurut hemat saya, maksud ‘dibelenggu’ di sana adalah Majaz (kiasan). Maknanya, Wallahu A‘Lam (Allah yang maha tahu), Allah senantiasa menjaga kaum Muslimin yang taat di bulan Ramadhan dari godaan setan sehingga mereka mampu menghindari kemaksiatan. Dengan begitu, setan tidak leluasa menggoda mereka yang berlainan halnya dengan bulan-bulan di luar Ramadhan,” (Abu ‘Umar Yusuf Al-Qurthubi, Al-Istidzkar, juz 3, hal. 377).

Dengan demikian, pengertian setan dibelenggu dalam hadis tadi tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah. Mayoritas ulama hadis bahkan menafsirkannya secara kiasan. Artinya, setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya.

Pada saat yang sama, Allah memelihara mereka dari perbuatan tercela. Oleh karena itu, berusahalah untuk menjauhi kebiasaan buruk, menjauhi manusia setan, dan mengendalikan nafsu yang kerap ditumpangi setan jin dalam menyesatkan manusia. Jangan lupa memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan makhluk terkutuk itu.

Semoga bermanfaat, Wallahua’lam.

Rekomendasi

memelihara semangat setelah ramadhan memelihara semangat setelah ramadhan

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

keutamaan sedekah bulan ramadhan keutamaan sedekah bulan ramadhan

Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Niat puasa malam hari Niat puasa malam hari

Mengapa Niat Puasa Boleh Dilakukan sejak Malam Hari?

keberkahan orang makan sahur keberkahan orang makan sahur

Keberkahan untuk Orang Makan Sahur

Ditulis oleh

Aktivis IKSASS (Ikatan Santri Salafiyah Syafi'iyah) Surabaya

Komentari

Komentari

Terbaru

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Sekilas tentang Sholihah Wahid Hasyim, Ibunda Gusdur

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

Beauty Previllege terobsesi kecantikan Beauty Previllege terobsesi kecantikan

Beauty Previllege akan Menjadi Masalah Ketika Terobsesi dengan Kecantikan

Diari

Perilaku Rendah Hati alquran Perilaku Rendah Hati alquran

Tiga Contoh Perilaku Rendah Hati yang Diajarkan dalam Alquran

Muslimah Daily

Langkah mengesahkan Pernikahan Siri Langkah mengesahkan Pernikahan Siri

Langkah Hukum Mengesahkan Pernikahan Siri

Kajian

puasa syawal senilai setahun puasa syawal senilai setahun

Alasan Mengapa Puasa Syawal Senilai Puasa Setahun

Kajian

Metode Nabi Muhammad Metode Nabi Muhammad

Tiga Langkah Membina Generasi Berkualitas bagi Perempuan Karir

Keluarga

Trending

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Doa berbuka puasa rasulullah Doa berbuka puasa rasulullah

Beberapa Macam Doa Berbuka Puasa yang Rasulullah Ajarkan

Ibadah

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

Hukum Sulam Alis dalam Islam

Muslimah Daily

Perilaku Rendah Hati alquran Perilaku Rendah Hati alquran

Tiga Contoh Perilaku Rendah Hati yang Diajarkan dalam Alquran

Muslimah Daily

Connect