Ikuti Kami

Subscribe

Ibadah

Fungsi Doa Dan Syarat-Syarat Dikabulkannya Doa  

gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Menurut Zakiah Darajat dalam buku Ilmu Pendidikan Islam doa merupakan suatu dorongan moral yang mampu melakukan kinerja terhadap segala sesuatu yang berada diluar jangkauan teknologi. Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan. Doa ialah bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati.

Bahkan dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa tadharu’ yakni berdoa dengan sepenuh hati, hanya akan muncul bila disertai dengan keikhlasan. Dengan tadharu’, hal itu dapat menambah kemantapan jiwa seseorang, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang, sedih, maupun dalam keadaan susah, dan dalam kesulitan maupun dalam kelapangan.

Al-Qur’an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah, senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan, apabila disertai keikhlasan dan berulangkali dipanjatkan. Hal ini juga ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 55-56 di antaranya:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55) وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (56)

Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raaf: 55-56)

Ustadz Marwan Hadidi bin Musa dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an menjelaskan bahwa makna berdoa dengan rendah hati dan suara yang lembut, yakni tidak terlalu keras, namun tidak pula terlalu pelan, tetapi di antara keduanya. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut sehingga kamu lebih khusyuk dan terdorong untuk menaati-Nya, dan penuh harap terhadap anugerah-Nya dan pengabulan doamu. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

Dadang Ahmad Fajar, dalam buku Epistemologi doa: meluruskan, memahami dan mengamalkan menjelaskan yakni dalam islam, doa dipahami dengan tiga fungsi, pertama, sebagai ungkapan syukur, kedua, sebagai ungkapan penyesalan, yaitu pengakuan atas penyimpangan dari ketentuan Allah, dan ketiga, sebagai permohonan, yaitu harapan akan terpenuhinya kebutuhan dan dilengkapinya kekurangan dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Pada dasarnya, sesungguhnya doa seorang hamba pasti akan dikabulkan oleh Allah. Di dalam Al-Qur’an diungkapkan tentang tata cara berdoa yang baik, yakni di antaranya:

Merespon Seruan Allah dan Berkeyakinan

Di dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Allah itu sangat dekat dengan manusia, hanya saja kedekatan Allah pada manusia boleh jadi ketika memohon kepada-Nya tidak terkabulkan. Oleh karenanya, respon permohonan seseorang itu tergantung pra syarat yang harus dimiliki oleh pemohon. Yakni dengan merespon seruan Allah dan meyakini akan diterimanya doa.

Doa Hanya Kepada Allah

Di dalam Al-Qur’an, surat Yunus ayat 106:

وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim” (QS. Yunus: 106)

Salah satu sebab tidak diterimanya doa seseorang, karena masih adanya kepercayaan lain yang dapat memberikan pertolongan selain Allah. Kelompok ini dicap oleh Allah sebagai orang musyrik dan orang zalim. Kita diperintahkan untuk berdoa dalam segala kesempatan dan doa itu hanya berhak ditujukan kepada Allah. Hal ini karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi tumpuan segala harapan. Tiada usaha kecuali usaha-Nya, dan tidak ada kekuatan kecuali kekuatan-Nya.

Merendahkan Diri Dengan Suara Lembut, Tidak Berlebih-Lebihan dan Dilakukan Dengan Perasaan Takut Dan Penuh Harapan

Di dalam Al-Qur’an, surat Al-A’raaf ayat 55-56:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55) وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (56)

Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raaf: 55-56)

Ayat ini mencakup syarat dan adab berdoa kepada Allah, yaitu khusyu’ dan ikhlas memohon kepada-Nya dengan suara yang tidak keras. Berdoa dengan kerendahan hati, ungkapan doa dengan membayangkan bahwa kita benar-benar hina dan kecil dihadapan Allah dengan kesopanan, layaknya rintihan dan kesusahan serta keluh kesah disertai suara yang lembut. Karena Allah sangat dekat dan Allah Maha Mendengar, jadi tidak perlu dengan suara yang keras dan lantang.

Ketika kita bermunajat kepada Allah juga harus disertai dengan rasa takut kepada Allah dan penuh harapan bahwa doa akan dikabulkan. Artinya, bahwa doa yang dipanjatkan harus disertai dengan sikap optimis, bukan justru rasa pesimis.

Berdoa Dengan Nama-Nama Allah

Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa ketika seorang hamba berdoa, dia harus menyebutkan asma Allah, hal ini tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 110:

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Artinya: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (QS. Al-Isra’: 110)

Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz menjelaskan bahwa Allah berfirman kepada para hambaNya, “Serulah Allah atau serulah ar-Rahman,” maksudnya nama mana saja yang kamu kehendaki “dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).” Nama-nama Allah mana saja yang kamu gunakan untuk menyeru-Nya, niscaya tujuannya akan tercapai. Dan seyogyanya, apabila berdoa, hendaklah disebutkan dalam setiap permintaan dengan permohonan yang sesuai dengan nama-nama itu.

Dan jangalah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu,” maksudnya bacaanmu, “dan janganlah pula merendahkannya,” masing-masing dua perkara ini mengandung unsur yang terlarang. Adapun bacaan yang keras, maka apabila orang-orang musyrik yang ingkar itu mendengarnya, tentu mereka akan mencelanya dan mencela orang yang membacanya. Sedangkan bacaan yang pelan, maka orang-orang yang ingin mendengarkannya (secara diam-diam) tidak akan bisa merealisasikan maksudnya. “Dan carilah di antara kedua itu,” yaitu antara mengeraskan bacaan dan memelankannya, dengan mencari jalan tengah di antara keduanya.

Rekomendasi

Crusita Maharani S
Ditulis oleh

Mahasiswa semester 7 program studi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah. Saat ini menjabat sebagai Kepala Divisi Artistik Lembaga Pers Mahasiswa Journo Liberta. Tertarik dengan penulisan, design grafis dan fotografi.

Komentari

Komentari

Terbaru

niat puasa niat puasa

Tiga Orang yang Merugi Menurut Rasulullah

Ibadah

idul adha islam dunia idul adha islam dunia

Makna Idul Adha bagi Umat Islam Seluruh Dunia

Ibadah

denda melanggar kewajiban haji denda melanggar kewajiban haji

Denda bagi Orang yang Melanggar Kewajiban dalam Haji

Ibadah

Pengertian akikah hukum waktu Pengertian akikah hukum waktu

Pengertian Akikah, Hukum dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

Dalil Sunnah Mengazani Anak yang Baru Lahir

Ibadah

harus tahu perempuan nifas harus tahu perempuan nifas

Cara Menghitung Masa Nifas saat Keguguran

Ibadah

pendidikan rahmah el yunusiah pendidikan rahmah el yunusiah

Konsep Pendidikan Perempuan Menurut Rahmah El Yunusiah

Kajian

Konsep rumah tangga ideal Konsep rumah tangga ideal

Konsep Rumah Tangga Ideal Menurut Nur Rofiah

Keluarga

Trending

menyisir rambut perempuan haid menyisir rambut perempuan haid

Haruskah Mengumpulkan Rambut yang Rontok saat Haid?

Ibadah

tujuh sunnah ibadah haji tujuh sunnah ibadah haji

Apa yang Harus Dilakukan Jika Seseorang Meninggalkan Rukun Haji?

Ibadah

perempuan ceramah depan lelaki perempuan ceramah depan lelaki

Bolehkah Perempuan Ceramah di Depan Lelaki?

Kajian

harus tahu perempuan nifas harus tahu perempuan nifas

Cara Menghitung Masa Nifas saat Keguguran

Ibadah

menyisir rambut perempuan haid menyisir rambut perempuan haid

Hukum Menyisir Rambut bagi Perempuan Haid

Muslimah Daily

niat puasa niat puasa

Tiga Orang yang Merugi Menurut Rasulullah

Ibadah

shalat thawaf niat arti shalat thawaf niat arti

Shalat Sunnah Thawaf, Lengkap dengan Niat, Arti, dan Zikirnya

Ibadah

17 macam mandi disunnahkan 17 macam mandi disunnahkan

17 Macam Mandi yang Disunnahkan dalam Islam

Ibadah

Connect