Ikuti Kami

Khazanah

7 Pusat Pendidikan Sebelum Sekolah Dibangun

pusat pendidikan sebelum sekolah
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Kita tahu sebelumnya bahwa dunia Islam pada awal kemunculannya belum memiliki lembaga pendidikan yang bernama madrasah atau sekolah. Maksudnya, Islam belum membangun sebuah tempat khusus di mana orang-orang bisa menimba ilmu dari seorang guru, berdiskusi sesama teman, beradu argumen dalam debat, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Pusat pendidikan sebelum sekolah dibangun tersebar di berbagai tempat.

Awal munculnya madrasah di dunia Islam sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai bentuk dan sistematika seperti sekarang barulah dimulai pada Dinasti Saljuk. Madrasah ini bernama Madrasah Nizamiyah yang terletak di Bagdad. Dibangun oleh Perdana Menteri Nizamul Mulk pada abad ke-11 M.

Lalu, di manakah umat musim menimba ilmu sebelum adanya madrasah ini? Mungkin pernah dengar kalau taklim tersebut diadakan di masjid. Apakah hanya sebatas di masjid? Katanya toko buku pun kerap dijadikan orang-orang sebagai pusat pendidikan dan tempat asyik ngobrol seputar ajaran Islam. Benarkah?

Ya, zaman dahulu tempat belajar tidak terbatas pada satu tempat khusus saja seperti sekarang ini, melainkan berlokasi di berbagai tempat. Setidaknya ada tujuh tempat yang menjadi pusat pendidikan sebelum sekolah dibangun yang direkam dalam kitab At-Tarbiyyah ‘Abro at-Taarikh karya Dr. Abdulllah Abdu ad-Daim.

Pertama, Kuttab atau Maktab

Kemunculan kuttab sudah ada sejak masa pra-Islam, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit. Kemudian setelah Islam datang, kuttab menjadi tempat utama dalam melakukan taklim dengan tujuan menyebarkan ajaran Islam. Tempat ini digunakan sebagai tempat mengajari anak-anak dalam mempelajari Alquran dan lain-lain.

Kuttab sendiri ada dua jenis. Kuttab yang diperuntukkan untuk mempelajari membaca Alquran dan menulis, biasanya diadakan di rumah ulama. Sedangkan kuttab yang diperuntukkan untuk mempelajari isi Alquran dan pokok-pokok ajaran Islam lainnya, umumnya diadakan di masjid.

Baca Juga:  Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Kedua, Istana

Pada zaman dahulu, istana khalifah ternyata sudah dijadikan sebagai pusat pendidikan. Taklim ini lebih dikhususkan untuk anak-anak mereka. Hal ini dimaksudkan agar para pewaris tahta mempunyai bekal yang siap dalam menghadapi beban yang akan ia tanggung nantinya. Kegiatan ini akan berakhir sampai mereka memasuki masa remaja.

Pada masa Dinasti Fathimiyah berkuasa, mereka mempunyai langkah besar dalam menjadikan madrasah di istana mereka yang dikhususkan untuk anak-anak.

Ketiga, Toko Buku

Wajah toko buku sekarang ini rupanya berbeda dengan dahulu tatkala Islam belum membangun madrasah. Toko buku hanyalah sebatas bangunan yang menyediakan berbagai genre buku bagi para pembelinya, tak lebih. Pembeli melihat-lihat koleksi, mengambil, membayar, lalu pulang ke rumahnya.

Beda halnya dengan toko buku pada Dinasti Abbasiyah yang menjadikan toko buku sebagai arena untuk diskusi ilmiah, membincangkan pengetahuan antara penjual dan pembeli. Bahkan, profesi ‘penjual buku’ mereka bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata dari niaganya, melainkan mereka juga berbagi ilmu yang mereka punya. Rata-rata penjual kala itu adalah seorang sastrawan atau cendekiawan yang mempunyai wawasan yang luas.

Keempat, Rumah Ulama

Memang, muslimin tidak menggunakan sebuah rumah untuk mengadakan taklim umum. Mereka menggunakan rumah sebagai tempat taklim khusus saja. Kenapa? Melihat esensi rumah sendiri yang digunakan sebagai tempat tinggal dan istirahat.

Dalam catatan sejarah, ketika Islam masih hangat munculnya, sebuah taklim diadakan di rumah seorang sahabat bernama  Al-Arqam bin Abil Arqam. Rasulullah menjadikan rumah sahabat mulia ini sebagai tempat untuk menyampaikan prinsip-prinsip agama Islam kepada para sahabat lainnya.

Kelima,  al-Shalunat al-Adabiyah (Sanggar Sastra)

Al-Shalunat al-Adabiyah adalah tempat untuk melakukan kegiatan pertunjukkan pembacaan dan pengkajian sastra atau sebagai sanggar atau teater budaya. Sanggar ini mencul pertama kalinya pada masa Dinasti Umayyah, kemudian semakin berkembang dan meluas pada masa Dinasti Bani Abbasiyah.

Baca Juga:  Tasawuf Cinta Murni Sufi Rabi'ah al-Adawiyah

Sejarah al-Shalunnat al-Adabiyyah erat kaitannya dengan sejarah istana itu sendiri. Misalnya, pada masa Dinasti Umayyah ketika kekhalifahan dipimpin oleh khalifah pertamanya Muawiyyah bin Abu Sufyan, beliau mengundang para ulama, penyair, dan sejarawan untuk menceritakan kepadanya sejarah bangsa Arab, peristiwa-peristiwa terkenal kala itu, dan sejarah kerajaan bangsa Persia beserta peraturan pemerintahannya.

Sedangkan as-Shalunat al-Adabiyyah dengan makna yang benar sendiri baru muncul pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Sanggar-sanggar ini diadakan di waktu-waktu tertentu.

Keenam, Badiah (Pedalaman)

Bahasa Arab sangat terjaga kefasihannya sampai permulaan Islam muncul. Namun, setelah terjadi percampuran antara orang Arab asli dengan non-Arab melalui perdagangan, ditambah lagi dengan invasi besar-besaran di wilayah yang luas, kefashihan bahasa Arab makin memudar.

Percampuran ini terjadi di daerah perkotaan, sedangkan di pedalaman masih terjaga.  Alhasil, orang-orang Badui pun dijadikan  guru dalam mempelajari bahasa Arab. Sehingga  ada sebagian warga badui menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke desa-desa dan kota-kota dalam rangka mengajar bahasa Arab yang murni kepada penduduk kota ini.

Bahkan, sebagian penduduk kota belajar langsung dengan mendatangi pedalaman, belajar dari sumbernya langsung. Hal semacam ini saya pernah membacanya bahwa Imam Syafi’i juga melakukan hal yang serupa, belajar di badiah.

Ketujuh, Masjid

Kaitan antara masjid dengan pendidikan bangsa Arab sangatlah erat. Biasanya, di dalam masjid diadakan halaqah atau perkumpulan untuk mempelajari ajaran Islam. Bahkan, eksistensi masjid sebagai pusat pengkajian ilmu masih ada sampai sekarang di sebagian tempat, contohnya di Al-Azhar, Mesir. Orang-orang berbondong-bondong datang mengaji kepada masyayikh mengenai berbagai macam ilmu di masjid.

Dalam catatan sejarah, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun Islam. Halaqah juga diadakan di sana kala itu. Semakin lama jumlah masjid di Bagdad semakin bertambah. Bahkan menurut seorang ahli geografi yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah, Al-Ya’qubi, mengatakan bahwa Baghdad kala itu memiliki total 30.000 masjid.

Baca Juga:  Cerita Ramadhan Sunni-Syi’ah: Indah Sebab Berbeda

Itulah beberapa tempat yang dijadikan pusat pendidikan atau tempat berdikusi sebelum sekolah dibangun. Setelah mengetahuinya, semoga kita semakin terpacu untuk menuntut ilmu. Tidak terbatas pada ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah, melainkan juga di berbagai tempat.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Sarjana Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pegiat Kajian Bidang Fikih.

Komentari

Komentari

Terbaru

malaikat melaknat istri menolak malaikat melaknat istri menolak

Benarkah Malaikat Melaknat Istri yang Menolak Ajakan Suami untuk Berhubungan Badan?

Kajian

sikap rasulullah perempuan yahudi sikap rasulullah perempuan yahudi

Sikap Rasulullah terhadap Perempuan Yahudi yang Meracuninya

Kajian

Yoga gerakan ibadah hindu Yoga gerakan ibadah hindu

Yoga Dianggap Menyerupai Gerakan Ibadah Hindu, Haramkah Menurut Islam?

Kajian

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Tafsir Al-Baqarah 187: Kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga menurut Islam

Kajian

rasulullah melarang tindakan kdrt rasulullah melarang tindakan kdrt

Ayat yang Sering Menjadi Legitimasi Pemukulan Terhadap Istri  

Kajian

Diskriminatif Pembagian Harta Waris Diskriminatif Pembagian Harta Waris

Ummu Kujjah Al-Anshariyah: Sebab Turunnya Ayat mengenai Waris

Kajian

kasus pembunuhan perempuan femisida kasus pembunuhan perempuan femisida

Marak Kasus Pembunuhan pada Perempuan Menunjukkan Femisida Meningkat

Muslimah Talk

alasan diwajibkannya membasuh wudhu alasan diwajibkannya membasuh wudhu

Alasan Filosofis Diwajibkannya Membasuh Wajah, Tangan, Kepala, dan Kaki saat Wudhu

Kajian

Trending

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Tafsir Al-Baqarah 187: Kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga menurut Islam

Kajian

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Yoga gerakan ibadah hindu Yoga gerakan ibadah hindu

Yoga Dianggap Menyerupai Gerakan Ibadah Hindu, Haramkah Menurut Islam?

Kajian

malaikat melaknat istri menolak malaikat melaknat istri menolak

Benarkah Malaikat Melaknat Istri yang Menolak Ajakan Suami untuk Berhubungan Badan?

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Connect