BincangMuslimah.Com- Salah satu karakter yang melekat pada manusia adalah adanya sifat lupa. Namun, apakah sifat ini juga terdapat pada Rasulullah saw? sedangkan Rasulullah saw merupakan manusia pilihan yang disebut sebagai ma’shum (terjaga). Lantas apakah Rasulullah pernah mengalami lupa?
Rasulullah adalah Manusia yang Ma’shum
Secara literatur bahasa, kata ma’shum berarti terjaga atau terpelihara. Rasulullah merupakan sosok manusia yang ma’shum karena beliau terjaga dan terpelihara dari dosa ataupun maksiat kepada Allah. Rasulullah adalah teladan yang sempurna untuk para umatnya. Apapun yang keluar dari lisan mulia ataupun prilaku beliau adalah wahyu Allah yang kemudian menjadi sebagai syariat di dalam Islam. Hal ini sebagaimana yang penjelasan di dalam firman Allah, QS. An-Najm [53]: 3 – 4:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ. إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Menurut Imam al-Razi di dalam kitab Mafatih al-Ghaib juz 8 halaman 355 ayat ini merupakan salah satu bukti dari ma’shumnya Rasulullah saw. Karena Rasulullah saw tidak bertindak kecuali sebagaimana wahyu dari Allah. Di dalam kitab ini, Imam al-Razi juga mengutip pendapat dari Abu Ubaidah yang berpendapat bahwa hawa nafsu itu hanya bertempat pada hal-hal yang buruk.
Sehingga dalam ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw adalah manusia yang sempurna karena terjaga dan terpelihara dari dosa, maksiat ataupun kesalahan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Rasulullah juga manusia. Sehingga di dalam beberapa waktu, Allah pernah sengaja membuat lupa Rasulullah saw.
Menurut Kiyai Afifuddin Muhajir di salah satu media sosialnya, adanya sifat lupa pada Rasulullah saw ini merupakan rekayasa ketuhanan. Di mana jika hal ini terjadi pada umat-umat Rasulullah maka umat tersebut bisa mendapatkan jalan keluarnya dengan ikut kepada perilaku Rasulullah saw sebagai tuntunan.
Rasulullah Pernah Lupa Rakaat Sholat
Sebagaimana penjelasan oleh kiyai Afif bahwa adanya “lupa” pada diri Rasulullah ini sejatinya agar bisa menjadi tuntunan atau syariat atau aturan di dalam suatu kasus. Salah satu kasus lupanya Rasulullah adalah saat beliau lupa bilangan rakaat sholat Isya’. Ahmad Rofi’ Usmani menyebutkan hal ini di dalam buku “Pesona Ibadah Nabi”.
Kisah ini terjadi saat Rasulullah saw beserta para sahabat melakukan sholat di masjid Nabawi. Saat itu Rasulullah bertindak sebagai imam. Sholat dilakukan mulai dari takbir hingga salam. Kemudian Rasulullah berdiam diri di masjid. Akan tetapi ternyata saat itu pelaksanaah sholat isya hanya sebanyak 2 rakaat yang mengundang kebingungan dari para sahabat.
Kemudian salah satu sahabat memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah tentang bilangan rakaat sholat isya 2 rakaat tersebut. Penyebabnya apakah karena Rasulullah lupa atau memang ada pengurangan dalam rakaat sholat isya.
Menanggapi hal tersebut Rasulullah memastikan kepada sahabat lainnya yang ternyata mereka sepakat bahwa saat itu Rasulullah memang mengimami sholat isya’ dengan 2 rakaat. Mendengar hal tersebut Rasulullah pun langsung berdiri memimpin sholat untuk menyempurnakan rakaat sholat isya’ tersebut. Dan melakukan sujud sahwi setelah melakukan salam.
Karena Rasulullah pernah dibuat lupa ini, kemudian menjadi syariat bahwa ketika seseorang lupa akan jumlah bilangan sholat untuk melakukan sujud sahwi.
Dengan demikian Rasulullah memang manusia biasa karena pernah mengalami sifat lupa. Akan tetapi lupanya Rasulullah ini adalah rekayasa ketuhanan untuk menunjukkan syariat di dalam kasus-kasus tertentu. Karena Rasulullah saw adalah manusia yang paling sempurna lagi terjaga dari kesalahan dan dosa.
3 Comments