Ikuti Kami

Kajian

Ajaran Alquran tentang Toleransi dalam Surat Yunus

Mencintai Saudara Sesama Muslim
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Saat ini wacana keagamaan Islam banyak diisi dengan ide moderasi beragama, yang artinya tidak bersikap terlalu ekstrem atau terlalu fleksibel dalam menjalankan praktik religius. Salah satu nilai penting yang menjadi bagian dari sikap beragama yang moderat adalah toleransi, yang diartikan dengan sikap menghargai pandangan atau pendirian yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pendapat diri sendiri. Melalui Surat Yunus ayat 99, kita dapat menelaah ajaran Alquran tentang toleransi.

Toleransi meniscayakan adanya kebebasan berehendak, berkeyakinan, dan berperilaku dalam ruang individu dan ruang publik demi terciptanya kehidupan yang damai di lingkungan masyarakat yang berbeda dengan tetap memerhatikan asas dan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam beragama, sikap toleransi tercermin saat kita menghargai keyakinan agama atau mazhab yang berbeda mulai ranah ideal hingga praktisnya.

Sekilas bercerita tentang masa Nabi, jika kita mengorek ingatan lama tentang peristiwa hijrah Nabi ke Habasyah (Abbesenia), kita akan menemukan bahwa sikap saling toleransi sudah dipraktikkan oleh umat Islam awal. Kaum muslim saat itu hidup berdampingan selama dua bulan dengan penduduk setempat yang mayoritas memeluk agama Nasrani.

Raja Najasyi, pemegang kekuasaan tertinggi di sana, dijamin Nabi sebagai seseorang yang tidak pernah berbuat zalim. Dua umat beragama tersebut saling menghargai dan menghormati, manifestasi konkret adanya nilai toleransi yang sudah terpatri dalam diri mereka yang akhirnya menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian.

Pada dasarnya memang sudah menjadi bagian dari fitrah Tuhan bahwa manusia diciptakan secara berbeda-beda. Hal ini dinyatakan dalam Alquran berulang kali, selain juga pernyataan bahwa keimanan yang diyakini manusia sifatnya plural dan tidak boleh dipaksakan. Seseorang tidak memiliki hak untuk menyuruh orang lain untuk memercayai keyakinan tertentu dengan alasan apa pun.

Baca Juga:  Berbuat Baik terhadap Non-Muslim dalam Prinsip al-Quran

Salah satu argumentasi nilai toleransi dan kebebasan beragama terdapat dalam Q.S. Yunus [10] ayat 99,

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (يونس/١٠: ٩٩)

Artinya: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”

Ayat tersebut berisi tentang ajaran Alquran tentang toleransi. Melalui ayat ini, Allah menegaskan bahwa siapa pun yang ada di dunia—dengan penekanan “seluruhnya”—akan beriman kalau saja Allah menghendakinya, sehingga karena kehendak Allah menginginkan adanya perbedaan, manusia tidak boleh memaksa sesamanya.

Jika dilihat dari konteks diturunkannya ayat, atau sering kita sebut dengan asbabun nuzul, ayat ini muncul untuk merespons Nabi saw. yang memiliki semangat tinggi dalam berdakwah, hingga muncul kesan bahwa beliau sangat menginginkan subjek dakwahnya mengikuti apa yang beliau dakwahkan. Saat itu beliau sangat bersungguh-sungguh melampaui kemampuan beliau sampai-sampai hampir mencelakai diri.

Menurut Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, Nabi mengusahakan segala cara sehingga hal tersebut terlihat seperti sebuah paksaan, meskipun tentunya tidak. Ayat ini semacam mengkhawatirkan kondisi Nabi yang terlampau bersemangat hingga terkesan memaksakan diri, namun juga sekaligus memuji dedikasi beliau. Secara psikologis Nabi sungguh ingin menumbuhkan ketertarikan pada orang yang didakwahi tersebut.

Prinsip adanya kebebasan dalam beragama dan toleransi, berdasarkan ayat di atas, bahkan melingkupi bagaimana cara kita berinteraksi dengan orang lain saat kita berdakwah. Dalam taraf yang sekecil menegur pun, harus ada kesadaran bahwa pemaksaan bukanlah sesuatu yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

Jika kita menerjemahkan pemaknaan ayat ke dalam konteks kegamaan saat ini, maka hal yang ditemukan adalah bahwa kebebasan beragama selain merupakan hal mutlak yang dimiliki setiap orang, juga merupakan hal yang tidak bisa diganggu dalam berdakwah. Artinya, orientasi dakwah yang diberikan adalah untuk memberi pemahaman, tidak untuk mengintervensi atau bahkan memaksa.

Baca Juga:  Forum R20: Perkumpulan Pemimpin Agama dalam Mengatasi Konflik

Seperti halnya teladan yang sudah dicontohkan Nabi, dakwah juga harus dilandasi dengan nilai moderat-toleran. Maksudnya adalah tidak terlampau menggebu-gebu dalam menyampaikan atau mengajak pada ajaran Islam, namun juga tidak terlampau santai hingga cenderung meremehkan metode dan konten yang didakwahkan.

Selain itu, kondisi psikologis orang yang diberi dakwah juga merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, karena berkaitan dengan apakah ada pemaksaan atau tidak dalam sesuatu yang kita sampaikan. Pada akhirnya, toleransi dalam dakwah berarti menyampaikan sesuatu yang hendaknya diniatkan untuk berbagi dengan cara yang santun, tidak disertai paksaan—meskipun implisit—untuk mengikuti apa yang disampaikan itu. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Toleransi Tidak Terbatas untuk Non-Muslim

Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan

Peneliti Asal Belanda Ungkap Peran Moderasi Beragama dalam Mengatasi Isu Krisis Lingkungan

Moderasi Beragama, Landasan Harmoni Sosial Indonesia yang Mesti Diwujudkan dalam Aksi Moderasi Beragama, Landasan Harmoni Sosial Indonesia yang Mesti Diwujudkan dalam Aksi

Moderasi Beragama, Landasan Harmoni Sosial Indonesia yang Harus Diwujudkan dalam Aksi

ICROM 2024: Moderasi Beragama Solusi Perdamaian di Tengah Krisis Kemanusiaan Dunia ICROM 2024: Moderasi Beragama Solusi Perdamaian di Tengah Krisis Kemanusiaan Dunia

ICROM 2024: Moderasi Beragama Solusi Perdamaian di Tengah Krisis Kemanusiaan Dunia

Saat ini perempuan asal Bandung tengah menyelesaikan Kuliahnya di UIN Sunan Kalijaga. Serta tergabung dalam komunitas Puan Menulis

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Connect