BincangMuslimah.Com- Saat ini kita berada di penghujung bulan-nya Sayyidah Fatimah yakni Jumadil Akhir dan sebentar lagi memasuki bulan Rajab, di mana setiap bulan memiliki keistimewaan tersendiri. Adapun Sayyidah Fathimah lahir pada tanggal 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasul. Pada waktu itu Nabi saw. berusia 35 tahun dan sedang ada peristiwa peletakan hajar aswad di Ka’bah.
Umat Islam biasanya memperingatinya dengan memgadakan majelis-majelis ceramah teladan kehidupan beliau dan membacakan sirah tentang Sayyidah Fatimah seperti dalam Kitab Iqdulul.
Keistimewaan dan Kemuliaan Sayyidah Fathimah
Sebagaimana belum lama ini saya pernah mendengarkan ceramah Hubabah Ummu Husein, istri Habib Muhammad al-Munshib al-Habsyi, Seiwun (cicit pengarang Kitab Simthu ad-Durar) menerangkan, di antara keistimewaan beliau ialah menjadi penghulu para perempuan (sayyidah nisa lil ‘alamin). Sebagaimana dalam hadis, Nabi pernah berkata kepada putrinya itu: “Tidakkah kamu bahwa kamu merupakan penghulu perempuan-perempuan yang beriman.”
Sayyidah Fatimah merupakan belahan hati Rasulullah. Beliau saw. menegaskan bahwa putrinya terkasih itu merupakan bagian darinya (bid’atu al-Musthofa). Maka siapa yang menyakitinya, mereka telah menyakiti Rasul. Siapa yang menggembirakannya, maka mereka telah menggembirakan beliau saw.
Sebab pemberian nama Fathimah, maknanya karena Allah menghalangi beliau dari api neraka. Akan tetapi bukan beliau yang pertama kali diberi nama Fathimah melainkan sudah ada pendahulunya yang bernama Fathimah, seperti salah satunya ibunda Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Sayyidah Fatimah juga memiliki beberapa gelar sebab kemuliannya. Di antara nama-namanya seperti al-Mubarakah (yang diberkati), az-Zakiyyah (yang suci), ar-Radhiyah (yang rela), dan al-Mardhiyah (yang diridhai). Namun, yang paling terkenal adalah az-Zahra (yang putih suci bercampur dengan kemerahan) karena dia merupakan ciptaan terbaik dan bunga hati Rasulullah. Juga gelar al-Batul, artinya seorang yang tidak pernah terhenti ibadahnya
Menjadi Pembela Ayahandanya
Selain itu beliau juga mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Ummu Abiha, karena sejak sepeninggal ibunya, Sayyidah Khadijah al-Kubra. Dialah yang mengurus segala kebutuhan dan keperluaan ayahandanya. Dengan sikapnya yang penuh kasih sayang serta kelembutan, ia selalu berbakti dan menjadi pembela ayahnya.
Sayyidah Fatimah meskipun umur beliau masih kecil, akan tapi beliau memiliki keberanian yang luar biasa. Sebagaimana suatu waktu Nabi saw. ketika sujud di depan Ka’bah pernah, lalu orang-orang kafir Quraisy yang jahil mengganggu Nabi. Sayyidah Fatimah menjadi satu-satunya yang berani membersihkan kotoran-kotorang yg ada dipunggung Nabi dan juga memarahi mereka. Padahal di sana ada beberapa sahabat lain, namun mereka takut.
Hubabah juga menceritakan bahwa Sayyidah Fathimah yang paling banyak menghabiskan hidupnya bersama ayahandanya. Sebab putra-putri Nabi saw. yang lain meninggal ketika Nabi Muhammad masih hidup. Sedang Sayyidah Fatimah meninggal enam bulan setelah beliau saw, sehingga beliau banyak meriwayatkan hadis dari ayahnya. Sayyidah Fathimah memiliki peran di publik, seperti beliau selalu ikut dalam beberapa peperangan dengan ayahnya.
Zikir Sayyidah Fathimah
Dalam kehidupan rumah tangganya dengan Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah meskipun hidup dalam serba kekurangan namun beliau penuh kesabaran. Beliau sebagaimana manusia pada umumnya juga pernah memiliki rasa letih dan lelah sehingga Sayyidah Fatimah meminta khadimah kepada Nabi Muhammad. Akan tetapi Nabi tidak mengizinkan hal itu, sehingga beliau memberi amalan zikir kepadanya.
Zikir tersebut kemudian dikenal dengan istilah Tasbih Fathimi, berupa lafal Allahu Akbar 34x, Alhamdulillah 33x, dan Subhanallah 33x. Di mana Nabi saw. bersabda faedahnya lebih baik dari seorang khadimah dan insyaa Allah akan mendapat kekuatan dari Allah.
Hubabah mengatakan bahwa ketika kita membaca tasbih ini, setiap kali selesai shalat maka memulainya dari Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Namun untuk awal tasbih Fathimi ini dari membaca Allahu Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah.
Hubabah Ummu Husein juga berpesan untuk kita supaya menjaga sa’ah Fathimiyah (ba’da ashar di hari Jumat), karena Sayyidah Fatimah sering menghabiskan waktu khusus tersebut untuk beribadah dan bertaqarrub kepada Allah. Maka kita juga harus bisa mengkhususkan waktu kita di hari Jumat dari ashar hingga Maghrib karena waktu itu adalah waktu mustajab doa.
Dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad, Rasulullah bersabda: “Barang siapa melaksanakan shalat Ashar pada hari jum’at. Kemudian dia bersholawat (kepadaku) sebelum berdiri dari tempat duduknya (sebelum berpindah tempat duduk) -dengan sholawat ini akan dicatat bagi orang itu, pahala ibadah selama 80 tahun.” (HR. Al-Baihaqi)
Sayyidah Fathimah sering membaca shalawat ini:
اللهم صَلٌِ عَلٰى سَيِّدنَِا مَُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلٰى آلِه وصَحْبِهِ وسَلّم تَسْلِيمَا
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin ‘abdika warosulikannabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa shohbihi wasallim taslima
Artinya: Ya Allah limpahkanlah Shalawat dan Salam penghormatan atas junjungan kami Muhammad, hamba dan Rasul-Mu, Nabi yang Ummi dan atas keluarga serta para sahabatny. (Dibaca 80x/100x)
Akhir Hayat dan Wasiat Sayyidah Fathimah
Sayyidah Fatimah juga dikenal dengan sifat malunya yang begitu tinggi. Sampai suatu ketika beliau pernah memberikan wasiat kepada sahabat untuk dibuatkan semacam keranda mayat agar tidak kelihatan lekuk tubuhnya beliau. Sebab saat mengkafani seorang mayyit maka akan terlihatlah lekuk tubuhnya, maka Sayyidah Fatimah meminta untuk dibuatkan keranda.
Pemakaman beliau berlangsung di malam hari yakni antara Maghrib dan Isya, dan saat itu beliau telah mempersiapkan diri dengan mandi, memakai pakaian yang rapi dan siap untuk bertemu dengan Allah dan ayahandanya. Inilah sebaik-baik persiapan dalam perjumpaan dengan Rabbnya. Wallah a’lam.[]